
Berikan aku sepuluh pemuda, maka akan ku goncangkan dunia
(Bung Karno)
Perjalanan bangsa Indonesia telah mencapai usia yang dapat dikatakan tua bila disamakan dengan kondisi manusia pada usia 66 tahun. Tua bila ditinjau dari kondisi fisik, namun juga harus memiliki kematangan mental dan karakter. Selang waktu 66 tahun merupakan masa yang panjang, penuh dengan pengalaman dan tantangan yang sudah dihadapi. Dari masa ke masa, dari tantangan satu ke tantangan yang baru, generasi penerus bangsa Indonesia mampu membuktikan sikap optimis dalam meneruskan tongkat estafet perjuangan bangsa.
Kesuksesan bangsa Indonesia saat ini adalah hasil perjuangan bersama antara golongan tua dan golongan muda. Begitu pula dengan permasalahan yang masih bertengger di negeri ini adalah suatu pekerjaan rumah yang belum diselesaikan oleh semua golongan. Sejarah telah mencatat bagaimana sinergisitas yang dibentuk antar golongan atau antar generasi dalam negeri telah menyelesaikan berbagai tantangan dan kerap juga menimbulkan masalah baru. Generasi tua yang dinilai memiliki pengalaman dan karakter lebih matang muncul sebagai sosok pemimpin negara. Sedang generasi muda memposisikan dirinya sebagai kekuatan kontrol, pendobrak, dan jembatan aspirasi kepada generasi tua.
Berdiskusi tentang peran pemuda di negeri ini pasti akan mendapatkan banyak sekali cerita dan dinamika perjuangan pemuda. Bahkan jauh sebelum Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, semangat pemuda telah mewarnai gerakan-gerakan bangsa melawan sistem kolonialisme. Momentum Sumpah Pemuda menjadi titik tolak perjuangan bersama oleh organisasi-organisasi pemuda Indonesia yang sebelumnya masih bersifat parsial. Sumpah Pemuda menjadi jawaban dari tantangan sistem politik yang dijalankan oleh kolonial Belanda pada saat itu yaitu devide et impera. Strategi politik tersebut memang bertujuan untuk memecah belah kekutan politik dari bangsa Indonesia.
Puncak perjuangan para pemuda tercatat dalam upaya kemerdekaan Indonesia dan masa-masa mempertahankannya. Perjuangan tidak hanya dititikberatkan pada perjuangan fisik seperti melakukan perlawanan di daerah-daerah. Perjuangan juga dirintis dalam kerangka intelektualitas. Para pemuda pada saat ini belajar dan berdiskusi tentang konsep ideal dari Negara Indonesia yang akan digagas. Peran pemuda tertuang secara jelas pada peristiwa penyiapan proklamasi Indonesia. Semangat pemuda semakin menggelora tatkala mendengar berita menyerahnya Jepang terhadap Sekutu. Pemuda menilai kondisi ini sebagai kesempatan yang baik untuk menyatakan kemerdekaan Indonesia. Para pemuda pun mendesak Soekarno untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia hingga tercetuslah proklamasi Indonesia pada 17 Agustus 1945. Perjuangan hebat pemuda saat itu sangat dikenang hingga mereka dijuluki sebagai Pemuda Revolusi.
Pasca kemerdekaan Indonesia, negara Indonesia menempuh masa naik turun di berbagai bidang. Indonesia tidak lagi bermusuhan dengan penjajah, namun bangsa ini sedang melawan musuh yang lebih besar yaitu bangsa sendiri. Sebagai negara bebas dan mandiri, Indonesia tentu memiliki hak untuk mengurusi jalannya roda pembangunan bangsa. Permasalahannya adalah tak jarang rakyat Indonesia yang telah diberikan wewenag sebagai pemerintah melakukan penyelewengan terhadap cita-cita bersama negara Indonesia. Keinginan untuk berkuasa dan mewujudkan kepentingan pribadi menjadi motivasi yang melekat pada di benak pimpinan negara yang lalai terhadap amanah. Tidak hanya pada golongan tua, motivasi negatif itu juga menggerogoti golongan muda yang selama ini dinilai sebagai moral force.
Di masa orde lama, pembangunan Indonesia belum menunjukkan kondisi yang stabil. Kekacauan timbul hampir di segala aspek terutama politik dan ekonomi. Kondisi ini juga diperparah dengan adanya intervensi pihak asing dalam roda pemerintahan. Pemimpin negara tidak lagi mendapatkan kepercayaan dari rakyat dan kalangan Internasional. Prihatin terhadap kondisi ini, para pemuda Indonesia yang dipelopori oleh mahasiswa merapatkan barisan dan turun ke jalan menyampaikan aspirasinya melalui aksi-aksinya. Tuntutan yang disuarakan oleh pemuda saat itu dikenal dengan Tritura (Tiga Tuntutan Rakyat). Ketidak mampuan pemerintah untuk mewujudkan tuntutan tersebut menyebabkan bergantinya orde lama pada era pemerintahan yang baru yaitu orde baru.
Pada masa orde baru, pemerintah memiliki fokus kerja pada pembangunan sektor pertanian dan perekonomian. Dalam beberapa tahun, pembangunan yang pesat dapat dirasakan oleh rakyat Indonesia terutama pembangunan infrastruktur. Namun di balik kesuksesan ini ternyata harus dibayar dengan keburukan yang besar pula. Di masa ini, banyak aset-aset negara yang dikuasai oleh pihak asing. Hal ini juga diperparah dengan sikap pemerintah yang erat berhubungan dengan kolusi, korupsi, dan nepotisme. Sadar terhadap dampak buruk pembangunan yang timpang, mahasiswa kembali melakukan aksi yang besar untuk menyampaikan aspirasinya.
Aksi yang dilakukan oleh mahasiswa tersebut ternyata tidak disambut baik dengan pemerintah. Pemerintah justru berusaha untuk meredam aksi-aksi tersebut. Tidak berhenti pada aksi yang terjadi, pemerintah juga berusaha untuk menekan aktivitas kemahasiswaan di dalam kampus. Hal ini ditunjukkan dengan adanya kebijakan Normalisasi Kegiatan Kemahasiswaan/ Badan Kordinasi Kemahasiswaan (NKK/BKK) yang dikeluarkan oleh Menteri Pendidikan pada saat itu. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah ini benar-benar membekukan gerakan mahasiswa.
Bagaikan gelombang besar yang ditahan, pembekuan gerakan mahasiswa pada saat itu justru menjadi titik balik dasyhatnya aksi mahasiswa yang sangat besar. Sebagai agen perubahan, mahasiswa merasa bahwa pemerintah pada saat itu sudah tidak berkiblat pada kepentingan rakyat. Gerakan terbesar terjadi pada tahun 1997 dan berhasil menggulingkan pemerintahan rezim orde baru. Runtuhnya rezim orde baru ini juga sebagai tanda munculnya era reformasi yang masih berlangsung hingga sekarang. Di era reformasi ini arus demokrasi dan kebebasan menjadi landasan bangsa Indonesia. Gerakan pemuda pun beradaptasi dengan kebutuhan dan tantangan yang dihadapi negara Indonesia.
Potensi pemuda menjadi sumber daya terbesar dan aset termahal di negara manapun. Di Indonesia, gerakan pemuda memang selalu berkaitan erat dengan arus perubahan nasib bangsa. Corak perjuangan dan semangat yang berapi-api selalu terukir dalam nama besar bangsa Indonesia. Pemuda selalu menempatkan diri dalam posisi strategis dalam pembangunan bangsa. Hal ini juga didukung proporsi penduduk muda yang relatif lebih besar daripada penduduk lainnya. Kuantitas pemuda yang besar ini tentu akan mempengaruhi kekuatan suatu bangsa bila diimbangi dengan pengembangan potensi diri yang unggul. Sehingga pengembangan potensi pemuda yang baik merupakan proyek investasi terbesar untuk pembangunan jangka anjang negara Indonesia.
Masa muda merupakan masa yang strategis dimana manusia mencapai titik puncak dari segala potensi yang dimilikinya. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014 Bidang Pemuda menjelaskan bahwa terdapat empat potensi puncak yang dapat dikelola semasa muda yaitu Potensi Spiritual, pemuda memiliki keyakinan yang kuat, maka akan memberi sesuatu apapun yang dimiliki dan disanggupinya secara ikhlas tanpa mengharapkan pamrih apapun. Potensi Intelektual, daya analisis yang kuat di dukung dengan spesialisasi keilmuan yang dipelajari menjadikan kekritisan pemuda berbasis Intelektual. Potensi Emosional, sikap berani, semangat, dan kemauan keras yang dimilikinya senantiasa menggelora serta mampu menular kedalam jiwa bangsanya. Dan terakhir adalah Potensi Fisikal dimana fisik pemuda berada dalam puncak kekuatan.
Di negara berkembang dan maju, kesuksesan suatu negara tidak lagi mengacu kepada seberapa besar dan banyaknya potensi sumber daya alam yang dimilikinya. Kekayaan alam tak bisa bergerak, manusianyalah yang bergerak. Kalimat tersebut menjadi dasar pembangunan berkelanjutan dengan menitik beratkan untuk mencetak sumber daya manusia yang unggul dalam berbagai bidang. Dengan dasar pembangunan tersebut, pemuda memiliki peran besar dalam kelancaran pembangunan. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, hampir di semua negara proporsi jumlah penduduk muda lebih besar dari penduduk lainnya. Sehingga banyak negara yang berlomba-lomba mencetak generasi muda yang unggul sebagi investasi pemimpin masa depan.
Intensifikasi pembangunan pemuda di negara tetangga seperti Malaysia sudah dapat dikatakan lebih matang. Mirip dengan negara Indonesia, strategi yang dilakukan untuk membangun para pemuda diimbangi dengan pembangunan di bidang olahraga. Hal ini memang disebabkan oleh atlet muda masih memiliki semangat dan kekuatan fisik yang bagus. Tidak berhenti dalam bidang olahraga, Malaysia mengarahkan pembangunan pemuda sebagai upaya memajukan bidang sosial dan ekonomi. Program-program kepemudaan diselenggarakan di berbagai lingkup baik daerah sampai taraf internasional untuk memiliki daya kepemimpinan yang baik. Malaysia juga melengkapi pembangunan pemuda dengan pelatihan-pelatihan vokasional dan keusahawanan secara formal di Institut Kemahiran Belia Negara. Sedangkan pembangunan pemuda di Singapura menambahkan pengembangan komunitas pemuda sebagai wujud dukungan pemerintah terhadap cita dan minat pemuda yang berbeda-beda.
Hampir di seluruh negara berkembang, pembangunan pemuda sering dikaitkan dengan pembangunan di bidang ekonomi. Memang diakui bahwa pertumbuhan jumlah pemuda yang begitu besar justru akan menjadi musibah bagi perekonomian suatu negara bila para pemuda tersebut tidak memiliki kecakapan untuk hidup mandiri. Dengan pertimbangan bidang ekonomi tersebut, Malaysia sudah mendeklarasikan visi pembangunan pemuda 2020 yang berwawasan ekonomi. Pemuda Malaysia yang nantinya akan berusia sekitar 35-40 pada tahun 2020 diharapkan akan mapan secara ekonomi dan memiliki kecakapan menjadi penerus pemimpin negara. Sementara itu, China juga fokus mengembangkan jiwa entrepreneurship di kalangan pemuda. China berupaya agar penduduknya pada usia muda menjadi pemimpin bisnis dunia. Pemerintah China menekankan agar seluruh penduduknya bekerja dengan kondisi apapun. Penekanan ini akan bermanfaat untuk mempercepat China dalam meningkatkan perekonomiannya.
Dinamika perubahan fokus pembangunan di hampir semua negara ini juga perlu ditanggapi secara reaktif oleh Indonesia. Para pemuda harus segera bangkit kembali melihat tantangan persaingan global yang telah dibangun oleh kalangan dunia. Di tahun 2020, pembangunan saat ini untuk mewujudkan pemuda yang unggul akan sangat terasa. Sumber daya alam yang melimpah di Indonesia harus dapat dikelola secara mandiri untuk mendapatkan keuntungan yang besar bagi negara sendiri. Bidang ekonomi, perdagangan, dan industri sudah menunggu peran pemuda yang kompeten dan memiliki tanggung jawab untuk mewujudkan pemerataan kesejahteraan. Di era perdagangan bebas yang telah dianut oleh negara-negara ASEAN, Indonesia membutuhkan peran pemuda sebagai stabilitator arus perdagangan produk dan jasa dari luar yang masuk ke Indonesia.
Berbicara tentang dinamika pembangunan maka juga akan berbicara tentang metode pemuda untuk berperan didalamnya. Dalam perubahan arah pembangunan, pemuda yang diinisiasi oleh mahasiswa selalu memiliki gaya yang berbeda dalam mengungkapkan aspirasi rakyat. Ruang dan waktu yang selalu dibatasi oleh pemerintah masa dulu untuk menampung aspirasi kerap menimbulkan kemarahan di benak mahasiswa. Ditambah lagi dengan sikap acuh atau tidak menunjukkan kepedulian terhadap aspirasi yang dibawa oleh mahasiswa, justru memercik aksi-aksi kecil dan demonstrasi dalam dunia aspirasi. Aksi tersebut memang hal yang wajar karena dengan begitu pemerintah biasanya lebih terbuka. Selain itu, mahasiswa juga berdalih dengan metode aksi-aksi dan demonstrasi ini akan memberikan informasi yang lebih aktual bagi masyarakat.
Metode demonstrasi selalu identik dengan cara mahasiswa atau pemuda dalam mengusung perubahan bangsa. Solid, kritis, dan penuh semangat. Karakter ini selalu melekat dalam perjuangan pemuda yang diwakili oleh mahasiswa. Namun, pada sudut pandang masyarakat yang berbeda, metode demonstrasi ini kurang tepat karena dinilai belum memberikan kontribusi yang signifikan. Demonstrasi menjadi suatu metode yang mengantarkan masyarakat Indonesia untuk memahami permasalahan yang ada namun belum sampai pada solusi. Artinya, saat ini pemuda telah berjasa dalam menggerakkan negeri ini ke arah perbaikan dalam level medium, belum pada titik akhir perjuangan itu sendiri. Di tambah lagi sisi negatif demonstrasi yang kerap juga menimbulkan keresahan bagi masyarakat dan perusakan fasilitas umum. Sehingga, masyarakat menjadi dilematis melihat metode perjuangan pemuda yang memang memiliki kontribusi besar dan sering juga memiliki kerugian yang besar.
Masa reformasi yang digadang sejak tahun 1998 telah memberikan dampak positif untuk pembangunan negara Indonesia yang demokrasi. Momentum itu telah merubah sikap pemerintah menjadi lebih terbuka menampung aspirasi rakyat. Pergerakan pembangunan juga telah berubah. Pembangunan boleh digagas dan dilaksanakan oleh kalangan bawah (rakyat) namun juga didukung oleh pemerintah. Pergerakan pembangunan yang telah berubah ini juga menuntut adanya perubahan dalam metode perjuangan pemuda. Metode demonstrasi yang biasa dijalankan oleh mahasiswa tidak mampu lagi mengimbangi arah pembangunan yang lebih digerakkan oleh kalangan bawah bukan pemerintah. Bukan berarti demonstrasi mahasiswa harus ditiadakan karena ini merupakan bentuk fungsi kontrol terhadap ancaman tirani. Namun, metode ini perlu diimbangi dengan metode yang lebih nyata yang memberikan solusi pada permasalahan bangsa.
Di zaman sekarang, getolnya pemuda melakukan aksi atau demonstrasi justru berbanding lurus dengan skandal-skandal besar yang dilakukan oleh pemerintah. Fakta membuktikan bahwa kong kalikong dan penyalah gunaan kekuasaan banyak yang terungkap di permukaan publik. Demonstrasi dapat diantisipasi dengan pencitraan yang baik para penguasa yang sebenarnya bias. Penguasa sekarang lebih cerdik dalam melakukan penyelewengan yang rapi. Anehnya lagi, oknum-oknum penguasa itu menjadi lebih solid dan sinergis dalam menjalankan kebrobokannya sehingga semakin sulit dibongkar. Beruntungnya, masih terdapat sikap optimis dan peduli terhadap pembangunan bangsa ini dari sebagian penguasa lainnnya. Kepedulian sebagian penguasa tersebut harus didorong dengan peran pemuda. Metode perjuangan pemuda perlu didiversifikasi untuk mendapatkan model pergerakan pemuda yang adaptif sesuai dengan zamannya.
Jika hanya mengandalkan metode demonstrasi, pemuda sebenarnya berada pada posisi yang kurang baik. Skandal yang sistematis sulit ditembus oleh pemuda yang berada di luar sistem. Mengkritisi pemerintahan untuk lebih peduli terhadap kepentingan rakyat ternyata masih kurang maksimal untuk menyejahterahkan masyarakat. Sedangkan rakyat terus menunggu perbaikan nasib, berharap adanya keadilan, dan kesejahteraan yang merata. Bila pergerakan pemuda hanya berfokus untuk mengkritisi pemerintah, maka sama saja menelantarkan kebutuhan rakyat yang lebih utama. Sebagian pemuda harus segera menggeser peran fungsi kontrolnya menjadi agen perubahan. Dengan visi agen perubahan, pemuda dapat bertindak secara nyata dan membangkitkan kembali gairah kalangan bawah untuk sama-sama membangun negeri yang lebih baik.
Visi agen perubahan ini ternyata menjadi titik tolak diversifikasi perjuangan pemuda untuk pembangunan bangsa. Kekecewaan terhadap pemerintah yang belum mampu mengayomi masyarakat dapat dikonversi sebagai motivasi munculnya model-model perjuangan yang baru. Pemuda memilih sikap yang lebih independen dengan mengecilkan segala urusan yang berbau dengan kekuasaan. Indepedensi pemuda ini diwujudkan dalam model perjuangan yang lebih inklusif, lebih mengutamakan pada pemberdayaan masyarakat. Dengan kekuatan komunitas, pemuda merangkul masyarakat dan bekerja sama membangun aspek-aspek kehidupan tertentu yang diminati komunitas tersebut. Sikap independen individu yang melahirkan komunitas-komunitas pemuda menjadi model perjuangan yang segar dalam dinamika perjuangan pemuda Indonesia.
Komunitas-komunitas pemuda yang peduli dengan nasib bangsa muncul dan tumbuh subur saat ini. Solidaritas yang lebih kuat antar individu dalam komunitas ini menjadi kebangkitan kekuatan pemuda. Solidaritas ini tumbuh karena masing-masing individu memiliki motivasi, rasa, dan kesamaan visi yang tertuang sebagai cita-cita komunitas. Indonesia perlu berbangga dengan sikap positif nan real dari kalangan pemuda ini. Hampir di segala bidang, komunitas-komunitas muncul untuk memberikan warna yang lebih segar. Sehingga pemerintah segera melek terhadap potensi komunitas pemuda untuk mendukung akselerasi pembangunan Indonesia
Dalam bidang pelestarian lingkungan hidup, banyak komunitas pemuda yang merangkul anak-anak untuk melakukan kegiatan positif seperti menanami kembali daerah perairan dengan tanaman bakau. Negeri ini juga dapat merasakan hangatnya semangat pemuda dalam bidang lingkungan dan kesehatan dengan adanya program sepeda santai setiap hari libur. Sepeda santai ini kemudian didukung dengan kebijakan pemerintah di beberapa kota dengan menyelenggarakan program “Car Free Day”. Pergerakan pemuda juga mengalir di bidang pendidikan. Kepedulian pemuda terhadap pendidikan dituangkan secara jelas dengan membentuk komunitas memberantas buta huruf atau melakukan pengajaran informal kepada anak-anak jalanan. Gagasan tentang pendidikan ini sekarang mulai digalakkan di kampus-kampus untuk mencerdaskan masyarakat sekitar kampus.
Perjuangan pemuda masih berlanjut hingga bidang perekonomian. Seperti di negara lain yang mengarahkan pembangunan pemuda agar menunjang peningkatan perekonomian, pemuda Indonesia juga mulai bergerak di sektor perekonomian. Arus pergerakan pemuda di bidang ini memiliki proyeksi yang bagus bila benar-benar didukung oleh semua pihak. Banyaknya figur teladan yang mampu hidup mapan di usia mudanya menjadi motivasi pemuda lain untuk menciptakan kemandirian pribadi atau menjadi wirausahawan. Pergerakan wirausaha muda dapat disambut baik oleh pemerintah dan pihak yang mendukung sehingga terus digodhog agar menjadi pergerakan komunitas besar yang massif. Komunitas wirausaha yang besar diharapkan mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan di masa depan.
Melihat prospek yang bagus dari komunitas wirausaha ini, pemerintah akhirnya melakukan program dengan mengutamakan sinergisitas antara kalangan akademisi, investor, pemerintah, dan industri. Pemerintah bekerja sama dengan kalangan akademisi untuk mencetak mahasiswa mapan. Sehingga sering ditemui slogan “Lulus Kemudian Membuat Kerja, Bukan Mencari Kerja” yang merebak di kalangan mahasiswa. Para mahasiswa menjadi bergairah menciptakan usaha skala kecil ataupun besar, ditambah dengan modal yang diberikan oleh program kerja sama tersebut. Usaha mahasiswa tersebut diharapkan kelak dapat menjelma menjadi Usaha Kecil Menengah (UKM) yang lebih kokoh wawasan bisnisnya. Strategi bagus pemerintah juga tertuang dalam pembagian jenis usaha yang dijalankan di masing-masing kampus. Kampus-kampus diharapkan memiliki usaha yang beragam yang disesuaikan dengan potensi lokal seperti industri kreatif, agribisnis, dan manufaktur.
Seiring tumbuhnya komunitas wirausaga muda, beberapa tahun belakangan ini banyak sekali isu-isu wirausaha yang dihembuskan guna memperoleh model wirausaha yang dibutuhkan oleh negara. Wirausaha tumbuh menjadi sebuah trend dan memiliki diversifikasi yang disesuaikan dengan minat kebanyakan pemuda. Wirausaha atau yang dikenal dengan panggilan entrepreneurship diidentikkan dengan wirausaha yang memiliki produk atau jasa yang sudah dikenal oleh masyarakat. Wirausaha ini kemudian berkembang menjadi beragam seperti Technopreneurship, Agribisnis, Creativepreneurship, Sociopreneurship, dan masih banyak lagi. Technopreneurship diidentikkan dengan wirausaha yang bergerak di bidang teknologi dengan segala inovasinya. Agribisnis, wirausaha di bidang agro dan creativepreneurship menjadi sebutan untuk wirausaha di bidang desain kreatif.
Salah jenis wirausaha yang sedang dikembangkan adalah sociopreneurship. Berbeda dengan jenis wirausaha yang lain, yang lebih menekankan pada perbedaan produk atau jasa yang ditawarkan, sociopreneurship ini lebih pada kearah pemberdayaan masyarakat. Sociopreneurship merupakan sistem kerja dari wirausaha yang memiliki keunikan dengan menggabungkan tujuan bisnis dengan tujuan kesejahteraan masyarakat. Wirausaha yang merupakan model untuk mendapatkan kemapanan pribadi di masa depan diarahkan sebagai daya tarik dari pengurangan angka pengangguran di negeri ini. Pemuda yang berada di puncak potensinya tentu memiliki semangat untuk membesarkan nama bisnisnya serta menyejahterahkan masyarakat di sekitarnya. Sociopreneurship yang digerakkan oleh pemuda ini akan membedakan dengan korporasi yang mementingkan kepentingan pribadi.
Pemuda sebagai inisiator diharapkan dapat menjadi sociopreneur handal yang mampu menggerakkan roda perekonomian di kalangan bawah. Model wirausaha ini telah mulai dianut oleh kebanyakan kalangan wirausaha muda. Selain lebih bernilai sosial, model wirausaha ini juga memberikan tantangan bagaimana mengelola keberagaman Sumber Daya Manusia yang berada di sekitar tempat usaha tersebut. Salah satu kisah sukses dari sociopreneurship ini yang dapat diteladani adalah bisnis laundry (Simply Fresh) yang dirintis oleh seorang mahasiswa. Laundry ini mampu menyerap tenaga kerja dari kalangan mahasiswanya yang ingin hidup mandiri. Dengan pelayanan yang baik dan berkualitas, bisnis ini mampu berkembang di berbagai kota dan telah banyak menyerap tenaga kerja.
Seperti halnya struktur organisasi, dalam sistem manajemen sociopreneurship diawali dari satu orang yang memiliki gagasan dan akan menjadi pemimpin dari usaha yang dijalaninya. Dari satu orang ini akan berkembang menuju sebuah manajemen yang dapat menggerakkan banyak orang untuk meraih cita-cita perusahaan. Sociopreneurship biasanya lebih kental dengan rasa kekeluargaan sehingga tiap anggota didalamnya lebih merasakan ritme kerja yang ramah. Di beberapa daerah-daerah telah muncul sociopreneur muda yang telah memberdayakan potensi di daerah tersebut seperti di Garut, Surabaya, dan Bandung. Bahkan lebih berkembang lagi, mereka masuk di dalam lapisan masyarakat tidak hanya sebagai wirausahawan tetapi juga sebagai investor atau pembimbing usaha masyarakat.
Sociopreneurship ini merupakan jalan yang strategis untuk menciptakan masyarakat yang sejahtera dengan peran serta pemuda. Bila kembali pada kata-kata Bung Karno yang meyakini dengan sepuluh kekuatan pemuda untuk mengguncang dunia, maka hal itu dapat diimplementasikan secara nyata dalam bingkai sociopreneurship. Bayangkan, bila setiap daerah di Indonesia terdapat 10 orang pemuda yang merintis untuk berwirausaha dengan konsep sociopreneurship. Hal ini tentu akan menjadi gelombang yang membawa kabar baik bagi perekonomian bangsa ini. Penyerapan tenaga kerja yang besar dari sektor Usaha Kecil Menengah akan mengalami lonjakan yang pesat. Alih-alih, tenaga ahli dari Sekolah Menengah Kejuruan dapat langsung mendapatkan pekerja selepas bekerja. Di masa depan, Indonesia akan mengalami penurunan angka kemiskinan yang nyata dan banyak lapangan kerja tersedia untuk generasi muda.
Berbagai pengalaman yang ada pada sejarah dan tantangan yang terlihat di depan mata perlu sama-sama diselaraskan oleh pemuda untuk menentukan arah perjuangan yang adaptif. Pemuda harus kembali bangkit, tampil di depan, sebagai pengawal perubahan yang lebih baik bagi negara Indonesia. Berbeda dengan periode-periode sebelumnya, musuh dari perjuangan pemuda bukan lagi penjajah, bukan juga kekuasaan pemerintah yang sulit ditembus, tapi musuh terbesar saat ini adalah kebodohan, kemiskinan, dan kemerosotan moral. Haluan pergerakan pemuda harus dapat memberikan solusi nyata dan tindakan dari permasalahan tersebut, buka sekedar teriakan dan aksi yang menunjukkan sikap kritis saja. Perjuangan di masa yang akan datang membutuhkan model perjuangan yang kompleks di segala bidang. Perang di skala Internasional bukan lagi secara militer namun lebih pada intelektualitas dan emosional. Kondisi sepuluh atau dua puluh tahun mendatang adalah hasil dari perjuangan saat ini sehingga sangat penting untuk membangun perjuangan yang berkelanjutan.
Pemuda-pemuda Indonesia harus juga berani mereformasi pergerakannya untuk perjuangan yang lebih efektif.. Sikap independensi harus menjadi karakter untuk mewujudkan pergerakan pemuda yang mandiri dan tanggap. Independensi tidak lantas acuh dan pesimis terhadap nasib masa depan bangsa. Namun, independensi harus menjelma menjadi penolakan terhadap hal-hal yang suka dipeributkan di negeri ini padahal tidak memberikan dampak besar bagi masyarakat. Karena rakyat Indonesia telah menunggu perputaran roda nasib, maka pemuda harus segera turun dan memutar roda nasib itu salah satunya adalah dengan menjadi sociopreneur-sociopreneur yang handal. Berbekal potensi yang dimiliki, para sociopreneur muda harus mampu mengentaskan masyarakat dari jurang permasalahan bangsa. Indonesia akan bangkit jika para sociopreneur muda bertekad untuk membangkitkan manusia, alam, dan modal yang sedang mati suri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar